Shiva Vinneza: Keseruan Kerja di bidang PR, Bertemu dengan Banyak Orang dan Multi-Skilled

Author
Ditulis olehTim Loker • Update 15 Januari 2025
Rubrik Profil

pr-manager-shiva-tahun-2025

Bertemu dengan banyak orang dan meng-update skill adalah alasan mengapa Shiva Vinneza begitu menyukai profesi PR yang ditekuninya saat ini. Menurutnya, seorang praktisi Public Relations, tak sekadar menjadi jembatan antara perusahaan dan publik, namun juga menjadi seorang arsitek reputasi. Pekerjaan ini mengharuskannya berinteraksi dengan berbagai kalangan, mulai dari rekan kerja lintas departemen, media massa, hingga para influencer.

Setiap individu ini memiliki karakter, kebutuhan, dan ekspektasi yang berbeda. Untuk dapat menjalin hubungan yang harmonis dan efektif, diperlukan kemampuan komunikasi yang kuat, empati yang tinggi, serta kecerdasan emosional yang mumpuni.

Dalam era digital yang serba cepat, profesi PR terus mengalami transformasi. Jika dulu PR lebih fokus pada kegiatan media relations, kini lingkup kerjanya telah meluas. Seorang PR dituntut untuk tidak hanya mahir menulis press release, tetapi juga menguasai berbagai platform digital, seperti media sosial dan SEO. Selain itu, keterampilan dalam menganalisis data dan mengukur keberhasilan kampanye PR menjadi semakin penting. Hal ini menuntut para praktisi PR untuk terus belajar dan mengembangkan diri agar tetap relevan dan kompetitif.

Intinya, profesi PR adalah sebuah petualangan yang penuh tantangan dan peluang yang akan membawa praktisinya bertemu dengan banyak orang menarik, belajar hal-hal baru setiap hari, dan memiliki kesempatan untuk berkontribusi dalam membangun citra positif suatu organisasi.

"Kalau saran saya sih, buat yang mau terjun ke profesi ini perluaslah networking, melek digitalisasi, pahami style organisasi tempat kamu bekerja, dan tambah skill lain. Jangan hanya bergantung pada skill komunikasi tetapi juga harus diperkaya dengan bidang lain," begitu papar Shiva.

Sebenarnya sih, apa pun profesinya penting untuk selalu memperbarui keterampilan. Dengan skill yang selalu update dan bertambah, kita tidak hanya dapat mengikuti perkembangan zaman, tetapi juga meningkatkan nilai diri di mata perusahaan dan membuka peluang karier yang lebih luas. Selain itu, proses belajar yang berkelanjutan juga dapat meningkatkan rasa percaya diri, kepuasan kerja, dan mencegah kita dari kejenuhan. Singkatnya, memperbarui keterampilan adalah investasi jangka panjang yang sangat bermanfaat.

Yuk, ngobrol lebih jauh seputar pengalaman Shiva di dunia Public Relations di sini!

Bagaimana Anda menggambarkan perjalanan karier Anda di bidang PR hingga saat ini?

Kerja di bidang PR seru sekali. Awalnya saya bekerja sebagai PR di perusahaan FMCG tetapi di wilayah operasional/pabrik. Ternyata PR di level operasional berbeda sekali loh, karena lebih dekat dengan pelaksanaan program CSR dan menjalin relasi dengan masyarakat sekitar. Setelah itu saya pindah jalur menjadi konsultan PR di sebuah agensi. Pada titik inilah karir PR saya menjadi terbuka lebar, karena bisa mengerjakan 'dapur' strategi komunikasi PR untuk klien-klien dari sektor yang berbeda-beda. Saya sangat merekomendasikan untuk teman-teman PR memulai pekerjaan dari agensi atau mungkin magang di agensi PR kalau memang ingin serius berkarir di bidang ini.

Apa yang paling Anda sukai dari pekerjaan sebagai Public Relations Manager?

Kita bisa ketemu orang-orang baru, mulai dari rekan jurnalis di berbagai provinsi di Indonesia, bahkan kenalan sama jurnalis asing di luar negeri. Event-event PR juga seru untuk dijalankan loh. Apalagi kalau berhasil mendapatkan positive coverage dari event yang kita buat.

Apa tantangan terbesar yang pernah Anda hadapi dalam karier PR Anda, dan bagaimana Anda mengatasinya?

Tantangan terbesar adalah mengatasi krisis PR. Di saat pemberitaan negatif begitu liar, sebagai PR kita harus cepat merespons. Menjalin relasi dengan para decision makers di industri media juga sangat menantang karena mereka sudah sangat senior dan sulit untuk ditemui.

tantangan-menjadi-pr-manager-menurut-shiva-tahun-2025

Apa yang memotivasi Anda untuk terus berkembang dan belajar di bidang PR?

Bidang ini terus berubah, sangat dinamis. Disrupsi teknologi, adanya pandemi covid beberapa waktu lalu, atau mungkin karena adanya pergantian pimpinan, menuntut kita untuk terus beradaptasi, belajar hal baru, menyesuaikan diri dan berkembang.

Baca juga cerita inspiratif mengenai praktisi PR di Jojo S. Nugroho: PR Bukan Cuma Soal Membangun Citra, tapi Juga Menjaga Kepercayaan Publik.

Bagaimana Anda mengukur keberhasilan sebuah kampanye PR?

Tetapkan dulu objektif dari kampanye tersebut apa. Sering kali kinerja PR sulit diukur karena tidak disepakati dulu success metrics-nya apa. Setiap kampanye, style perusahaan, style pimpinan, memiliki pendekatan yang berbeda-beda. Beberapa success metrics yang biasanya digunakan adalah: kualitas pemberitaan, berapa banyak media tier 1 yang hadir dalam event dan mempublikasikan berita, hasil riset persepsi, atau mungkin berapa banyak engagement yang terjadi pada aset digital. Semua tergantung kesepakatan dan objektif. Jadi tentukan dulu ya...

Bagaimana menurut Anda dinamika dunia PR telah berubah dalam beberapa tahun terakhir, terutama dengan adanya perkembangan teknologi?

Sekarang pekerjaan PR tidak hanya sebatas pada media konvensional saja tetapi juga ada media digital, misalnya homeless media yang lebih dominan di ranah media sosial. Homeless media seperti USS Feed, Folkative, Big Alpha, dll justru lebih dilirik oleh audiens generasi muda dan terbukti efektif membangun engagement. Hal-hal seperti ini harus dimanfaatkan oleh praktisi PR. Kita dituntut untuk terus beradaptasi dengan media-media baru, sambil terus menjaga relasi dengan media konvensional.

shiva-dan-hal-hal-menarik-seputar-pr-tahun-2025

Apa tantangan terbesar yang dihadapi oleh praktisi PR saat ini?

Terlebih untuk yang baru akan bekerja sebagai praktisi PR, selain lapangan kerja yang semakin kompetitif, menurut saya tantangan terbesar adalah menjalin relasi di industri PR. Ada banyak lulusan jurusan PR di Indonesia tetapi tidak tahu sebenarnya bagaimana PR bekerja, siapa jurnalis yang harus dihubungi, bagaimana menyusun narasi, dsb. Networking sangat penting, dan sayangnya hal ini membutuhkan usaha lain, tidak bisa hanya mengandalkan kurikulum di kampus dan ijazah lulusan komunikasi. Maka, perluaslah networking, bergabung dengan berbagai komunitas, asosiasi, menghadiri berbagai event, dll. Your network is your nettworth!

Apa yang menurut Anda akan menjadi tren terbaru dalam dunia PR di masa depan?

Tren ke depannya, dunia PR akan semakin lekat dengan teknologi. Media-media baru semakin menjamur, menuntut kita untuk terus berinovasi. Yang tak kalah penting adalah, memastikan PR punya peran penting di masing-masing organisasi dan mampu membuktikan kontribusinya bagi organisasi. Kemampuan untuk quantify the success metrics sangat penting agar ke depannya, profesi PR semakin diandalkan.

menjadi-pr-andalan-ala-shiva-tahun-2025

PR dulu dan sekarang adakah bedanya? Baca insight-nya di artikel Helma Kusuma: PR Era Dulu Vs Era Digital? Enggak Ada Bedanya Kok!

Apa saran Anda bagi seseorang yang ingin memulai karier di bidang Public Relations?

Perluas networking, melek digitalisasi, pahami style organisasi tempat kamu bekerja, dan tambah skill lain. Jangan hanya bergantung pada skill komunikasi tetapi juga harus diperkaya dengan bidang lain, misalnya ahli dalam hal komunikasi politik, ahli di bidang keberlanjutan/CSR, ahli digital marketing, dll. Ini akan memudahkan lulusan baru untuk mendapat pekerjaan di bidang PR.

Itu tadi cerita Shiva mengenai pengalamannya di dunia public relations, temukan cerita inspiratif lainnya dari expert berbeda di Rubrik Profil Loker ID!